Aksi Kolaboratif Mendukung Pengelolaan Pesisir Terpadu dan Mempromosikan Solusi Iklim Alami di Kabupaten Bengkalis
Kontak Media
-
Sally Kailola
Head of Communications Division
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN)
Email: skailola@ykan.or.id
Pengelolaan pesisir yang terpadu menjadi hal penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Hal ini mengemuka dalam rangkaian Lokakarya Program Pengembangan Pengelolaan Pesisir Terpadu dan Mempromosikan Solusi Iklim Alami melalui kerangka kemitraan Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau yang digelar oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) serta didukung oleh PT Bank HSBC Indonesia pada 19 – 20 Januari 2022.
Provinsi Riau dengan panjang garis pantai sekitar 2.258,65 km, memiliki wilayah pesisir yang didominasi oleh lingkungan rawa dan ekosistem mangrove dengan luas total mencapai 224.568,42 hektare (RPE Provinsi Riau 2019). Ekosistem mangrove di Provinsi Riau termasuk di Kabupaten Bengkalis terus terancam. Sebagian besar disebabkan oleh konversi lahan, pengambilan kayu mangrove untuk arang dan bahan bangunan, serta untuk budi daya udang yang tidak berkelanjutan. Untuk itu perlu segera dilakukan langkah perbaikannya.

“Kami menyambut baik hadirnya Program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) di Kabupaten Bengkalis sebagai salah satu program yang secara konsep dan tujuan sesuai dengan visi yang ingin kami capai yaitu terwujudnya Kabupaten Bengkalis yang bermarwah, maju, dan sejahtera yang selaras dengan sasaran dan strategi pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan berkesinambungan,” jelas Bupati Bengkalis Kasmarni.
Kunci keberhasilan pengelolaan mangrove yang berkelanjutan adalah adanya aksi kolaboratif yang didukung perencanaan yang baik. Hal ini ditekankan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Riau Mamun Murod. ”Amat penting adanya forum multi pemangku kepentingan di tingkat provinsi dan kabupaten. Dengan adanya forum ini diharapkan akan membantu koordinasi untuk mendukung percepatan pemulihan ekosistem mangrove,” terang Mamun.
Pengelolaan dan restorasi mangrove secara terpadu sangat penting dan perlu dukungan semua pihak, termasuk sektor swasta. Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia, Francois de Maricourt, mengatakan, “Sebagai bagian dari komitmen HSBC untuk mendorong transisi menuju karbon netral di Indonesia, kami mendukung Program MERA yang diinisiasi oleh YKAN guna mendukung program Pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, serta meningkatkan ketahanan pesisir dan mata pencaharian masyarakat di Kabupaten Bengkalis. Kami harap program ini dapat menjadi model perlindungan dan restorasi mangrove yang berkelanjutan di wilayah lainnya di Indonesia.”

Harapan untuk keberlanjutan
Terdapat 25 desa pesisir di wilayah Kabupaten Bengkalis yang banyak bergantung dari jasa lingkungan ekosistem mangrove. Namun tekanan terhadap ekosistem mangrove juga menjadi salah satu tantangan pengelolaannya. Untuk mengatasi tekanan tersebut, dukungan dan komitmen dari pemerintah desa amat diperlukan. “Mangrove bisa menjadi salah satu sumber pendapatan bagi desa apabila dikelola dengan berkelanjutan. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah desa adalah dengan melakukan penganggaran dan membuat regulasi yang mendukung pelestariannya, melakukan penyadaran kepada masyarakat tentang arti penting pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dan selalu membuka ruang pengembangan kemitraan dengan berbagai pihak. Dengan demikian diharapkan desa bisa menjadi mandiri dan masyarakat pesisir semakin berdaya,” terang Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bengkalis Yuhelmi.
Kemitraan dengan berbagai pihak diharapkan akan memperkuat kerangka berpikir masyarakat terkait pengelolaan pesisir yang terpadu. “Kami mengucapkan terima kasih bahwa Program MERA hadir di wilayah kami, yaitu Desa Teluk Pambang dan Kembung Luar sehingga dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi masyarakat dalam mengelola mangrove secara berkelanjutan, “ papar Camat Bantan Muthu Saily.
Harapan senada juga diungkapkan oleh Syamsul Bahri, pegiat dan pelestari mangrove dari Desa Teluk Pambang.”Mangrove amat penting bagi kami masyarakat pesisir. Dengan hadirnya Program MERA di Desa Teluk Pambang dan Kembung Luar akan sangat membantu masyarakat untuk dapat mengelola mangrove lebih baik lagi,” kata Syamsul.

Restorasi dan manajemen terpadu menjadi hal penting yang harus diupayakan dalam konteks pengelolaan pesisir terpadu. “Upaya untuk melestarikan dan merestorasi mangrove merupakan tanggung jawab kita semua. Semangat ini yang diusung lewat MERA. MERA merupakan platform nasional multipihak yang digagas YKAN, untuk mengurangi kerentanan masyarakat pesisir, menjaga sumber daya dan aset alam, serta berkontribusi dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Potensi mangrove dan kawasan pesisir Kabupaten Bengkalis harus dikembangkan secara berkelanjutan dan tekanan yang tinggi terhadap kawasan ini perlu dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat saat ini dan generasi seterusnya,” pungkas Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Alam Nusantara Herlina Hartanto.
Tentang PT Bank HSBC Indonesia
HSBC telah beroperasi di Indonesia sejak 1884 dan saat ini melayani nasabah di seluruh Indonesia. PT Bank HSBC Indonesia merupakan anggota HSBC Group yang menawarkan layanan Commercial Banking dan Global Banking untuk nasabah Korporasi dan Institusi, Global Markets untuk pengelolaan Treasury dan Capital Market serta Wealth and Personal Banking.
Tentang YKAN
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014. Memiliki misi melindungi wilayah daratan dan perairan sebagai sistem penyangga kehidupan, kami memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif, mengedepankan pendekatan nonkonfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi ykan.or.id.