NCS

Perspektif

Solusi Iklim Alami di Indonesia

Konsep Solusi Iklim Alami (Natural Climate Solution/NCS) banyak digaungkan akhir-akhir ini.  NCS dilihat  dapat membantu negara-negara mengatasi perubahan iklim secara signifikan sebagai bagian dari upaya menstabilkan suhu global di bawah 2 derajat Celcius, sebagaimana yang telah tertera dalam tujuan Perjanjian Paris (Griscom et al., 2017; Cohen -Shacham et al., 2016).

NCS adalah serangkaian strategi perlindungan, restorasi dan perbaikan pengelolaan lahan untuk mitigasi perubahan iklim (Griscom et al., 2017). Penerapan NCS akan memberi dampak besar pada upaya mengurangi emisi karbon dunia, khususnya di Indonesia yang memiliki berbagai jenis lahan yang berpotensi untuk dikelola sebagai bagian dari upaya menjaga iklim bumi.

Baca juga: B.A.S.I.C Program – Pemuda dalam Konservasi Alam

Bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan dan  Perubahan Iklim (P3SEKPI), Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), YKAN  melakukan kajian ilmiah terhadap beberapa strategi NCS yang memiliki potensi mitigasi yang signifikan. Kajian ini dilakukan untuk menyempurnakan studi ilmiah global sebelumnya dengan menggunakan data dan asumsi spesifik nasional. Diharapkan melalui kajian ini, prioritas penerapan NCS bisa diperinci guna menghasilkan dampak yang lebih tepat sasaran.

YKAN juga telah  menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melaksanakan penelitian restorasi gambut, termasuk penutupan kanal dan pengembangan sistem pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan penghidupan masyarakat lokal di Kalimantan Barat, Indonesia.

Keterangan Foto Menyusun plot pengukuran bersama warga di desa Malikian, Kalimantan Barat. © YKAN

Terdapat tiga program kegiatan yang tercakup dalam kerja sama riset YKAN dan BRIN hingga tahun 2026. Pertama, kajian teknis dan sosioekonomi terkait optimalisasi pembangunan sekat kanal dalam pengelolaan muka air gambut secara partisipatif. Kedua, evaluasi dampak pembasahan kembali lahan gambut yang terdegradasi terhadap emisi gas rumah kaca dan ekspor karbon akuatik. Dan ketiga, penerapan praktik pertanian berkelanjutan sebagai opsi peningkatan ekonomi masyarakat

Desain penelitian dan menetapkan plot pengukuran di Desa Malikian, Kalimantan Barat, telah diselesaikan akhir tahun 2023 lalu. Pengukuran fluks CO2, CH4 dan N2O dimulai pada Januari 2024.