Potensi rotan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara cukup besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan YKAN bersama mitra selama kurun waktu Agustus sampai Oktober 2024 ditemukan bahwa kedua provinsi ini memiliki 40 jenis rotan. Kampung Long Beliu (Kalimantan Timur) memiliki potensi rotan di sekitar kampung maupun di dalam hutan desa mereka yang luasnya sekitar 4.633 m2.
Baca juga: Panen berlimpah, mangrove terjaga
Ada sekitar 40 pengrajin rotan yang tinggal di kampung ini. Awalnya rotan hanya diolah secara tradisional menjadi material bangunan, bahan kerajinan , hingga sumber pangan (umbut). Namun, semuanya berubah di penghujung tahun 2024. Sebagai salah satu penerima insentif karbon berbasis kinerja dari Bank Dunia, Kampung Long Beliu beranjak untuk mulai mengelola dan mengembangan produk turunan rotan.


Warga Long Beliu bersemangat untuk memaksimalkan potensi lokal mereka yang langsung berdampak pada dua hal, yaitu terjaganya hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kampung bersama dengan Lembaga Pengelola Hutan Desa berkomitmen mendukung hadirnya pengelolaan ekowisata dan peningkatan kapasitas untuk pengelolaan produk anyaman dari rotan. Hal ini dibuktikan dengan dialokasikannya dana yang berasal dari Forest Carbon Partnership Facility - Carbon Fund untuk pelatihan anyaman rotan, penguatan keperantaraan pasar yang mendorong keberlanjutan pasar. Pada aspek ekowisata, pemerintah kampung mengintegrasikan aspek lingkungan, kerajinan, dan pariwisata yang dikemas dalam paket-paket ekowisata.
Keterpaduan dalam kerja sama yang nyata antar pemangku kepentingan ini menguatkan komitmen bersama dimana masyarakat dapat merasakan manfaat dari pengolahan rotan dan ekowisata dan mereka lebih termotivasi melindungi dan mengelola keanekaragaman hayati rotan dalam hutan sekitar kampungnya.