Pendekatan SIGAP dirancang untuk pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam pengelolaan sumber daya alam, diawali pada 2010 di dua desa tepi hutan. Mulai 2018 penerapan SIGAP meluas di 100 desa se-kabupaten di Berau, Kalimantan Timur. Selanjutnya pada tahun 2022, SIGAP direplikasi di dua kabupaten tetangga yakni di Kutai Timur, Kalimantan Timur dan Bulungan, Kalimantan Utara.
Baca juga: Habitat Rusak, Buaya Air Asin Ancam Manusia
Kegiatan utama yaitu pelatihan, coaching dan mentoring bagi pendamping desa dan aparat pemerintahan desa untuk memperkuat kapasitas merencanakan dan melaksanakan pembangunan desa. Pendekatan SIGAP dilaksanakan di wilayah-wilayah yang kaya hutan, beriringan dengan upaya mendukung kepastian hak kelola atas hutan melalui perhutanan sosial.

Pada awalnya, Kementerian Kehutanan pada tahun 2010 mencanangkan Program Karbon Hutan Berau (PKHB) sebagai proyek percontohan program Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation/REDD+ atau Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutanskala yurisdiksi kabupaten yang pertama di Indonesia. Proyek ini diharapkan dapat mengatasi sumber dan penyebab penggundulan dan kerusakan hutan di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur yang berpenduduk 179 ribu jiwa. Sebanyak 75% dari 2.2 juta ha wilayah daratan Kabupaten Berau masih bertutupan hutan alam. Sebagai bagian mendukung PKHB, The Nature Conservancy (TNC) mengembangkan pendekatan yang bisa digunakan untuk pendampingan pemberdayaan masyarakat di desa-desa tepi hutan. Kerja erat bersama dengan warga desa Merabu dan Long Duhung di Kecamatan Kelay melahirkan pendekatan SIGAP (Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan).
Download
-
SIGAP REDD+
SIGAP REDD+ hadir untuk mendukung pelibatan masyarakat dalam Program Karbon Hutan Berau (PKHB) dan inisiatif REDD+.
Unduh
SIGAP mencakup 3 pilar utama; perbaikan tata kelola pemerintahan desa, pelestarian sumberdaya alam, dan peningkatan kesejahteraan warga. Untuk mencapainya, pendampingan warga desa dilaksanakan melalui tahapan 7D: (1) dekatkan diri, hati, dan pikiran (disclosure); (2) dialogkan tema perubahan (define); (3) dapatkan kekuatan (discover); (4) deklarasikan impian (dream); (5) detailkan rencana perubahan (design); (6) daya upayakan perubahan (delivery); dan (7) dengungkan keberhasilan (drive).
Tahun 2014 pembelajaran pelaksanaan pendekatan SIGAP mulai disebarkan kepada desa-desa lain. Secara berkala diselenggarakan acara Lingkar Belajar Masyarakat (LBM) yang memfasilitasi pertemuan antar-desa untuk saling bertukar pengalaman, menceritakan keberhasilan dan mempelajari hal-hal inovatif baru. Acara ini didukung penuh oleh Dinas Pemberdayaan Masyararat Kampung (DMPK) Kabupaten Berau dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemeritahan Desa (DPMPD) Provinsi Kalimantan Timur. Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang merupakan mitra utama TNC di Indonesia dibantu Inspirit dan Yayasan Nastari menyelenggarakan rangkaian lokakarya pelatihan untuk mendorong adopsi pendekatan SIGAP. Aplikasi SIGAP untuk smartphone disiapkan sebagai platform digital belajar dan berbagi pengalaman bagi pendamping desa dan aparat desa. Sebanyak 1000 smartphone berisi Aplikasi SIGAP dibagikan kepada pendamping dan aparat dari 150-an desa di Kabupaten Berau dan beberapa kabupaten lain di provinsi Kalimantan Timur pada 2018.


Adopsi pendekatan SIGAP juga mendapatkan dukungan dari program kerjasama pengalihan hutang antara pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Indonesia yakni Tropical Forest Conservation Act yang dikelola Yayasan Kehati. Selama kurun 2012-2018 pendekatan SIGAP diterapkan LSM-LSM penerima hibah TFCA Kalimantan di 24 kampung di Kabupaten Berau.