Menyatukan Suara Pembudidaya untuk Mendukung Budi Daya Rumput Laut Berkelanjutan di Sabu Raijua

Kontak Media
-
Adia Puja Pradana
Communications Specialist Ocean Program YKAN
Yayasan Konservasi Alam Nusantara
Email: adia.pradana@ykan.or.id
Suasana Desa Lobohede dan Desa Deme, Sabu Raijua, sedikit berbeda akhir pekan lalu. Ratusan pembudidaya rumput laut berkumpul dalam temu lapang yang digelar Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Nusa Tenggara Timur serta DKP Kabupaten Sabu Raijua pada tanggal 27-28 September 2025.
Kegiatan ini menghadirkan langsung Kepala DKP Provinsi NTT, Sulastri Rasyid, dan Kepala DKP Kabupaten Sabu Raijua, Rachel Billik Tallo, bersama jajaran teknis. Pertemuan tatap muka ini membuka ruang bagi pembudidaya dari Kecamatan Hawu Mehara, Sabu Timur, dan Sabu Liae untuk menyampaikan pembelajaran, tantangan, dan harapan tentang budi daya rumput laut di wilayah mereka.

Temu Lapang hari pertama berlangsung di Desa Lobohede, Kecamatan Hawu Mehara, pada 27 September 2025, dihadiri perwakilan pembudidaya dari Desa Lobohede dan Lederaga. Hari berikutnya, kegiatan digelar di Desa Deme, Kecamatan Sabu Liae, yang juga diikuti pembudidaya dari Desa Loborai dan Bodae di Kecamatan Sabu Timur.
Kepala DKP Provinsi NTT, Sulastri Rasyid, menekankan pentingnya penyediaan lahan khusus pembibitan. “Untuk menjaga kualitas bibit agar tidak gampang rusak dan terkena penyakit, kita harus punya kebun bibit. Ke depannya, DKP Provinsi NTT akan membuat kebun bibit. Jadi pengadaan tidak lagi langsung dibagikan, tetapi dilakukan pembibitan bersama. Kebun bibit ini juga akan disinergikan dengan program strategis pemerintah,” jelasnya pada kesempatan tersebut.
Sulastri menambahkan bahwa budi daya rumput laut adalah masa depan ekonomi pesisir Sabu Raijua. Dengan praktik berkelanjutan, bukan hanya meningkatkan produksi, tetapi juga memastikan generasi mendatang tetap bisa merasakan manfaatnya.
Senada, Kepala DKP Kabupaten Sabu Raijua, Rachel Billik Tallo, menyampaikan komitmennya untuk memulai program pembibitan tahun depan. “Kami akan mengidentifikasi lokasi yang cocok untuk kebun bibit, dan berkolaborasi dengan YKAN yang sudah berpengalaman mendampingi kelompok pembudidaya,” ujarnya.
Forum temu lapang ini juga dimanfaatkan untuk mensosialisasikan hasil seminar budi daya rumput laut berkelanjutan yang digelar pada Juni 2025, serta berbagi pembelajaran penerapan Best Management Practices (BMP).

“BMP ini merupakan konsep menyeluruh budi daya rumput laut berkelanjutan yang dikembangkan oleh YKAN bersama para pembudidaya, peneliti, serta mitra terkait lainnya. Aspek BMP meliputi pemodelan kebun bibit, pemilihan bibit unggul, pemilihan lokasi budi daya ramah lingkungan, pembuatan penjemuran pasca panen sesuai Standar Nasional Indonesia juga membantu menghubungkan produk rumput laut dengan pasar yang peduli dengan lingkungan,” terang Manajer Program Laut Sawu YKAN Muhammad Zia Ul Haq.
Masukan dari Lapangan dan Keberlanjutan
Dialog berlangsung hangat dan interaktif. Pembudidaya menyampaikan langsung persoalan praktis yang mereka hadapi. Djibrael Kale Dita, dari Desa Lederaga, mengusulkan agar tempat penjemuran yang sudah diperkenalkan YKAN bisa dipakai lebih banyak orang, bukan hanya terbatas pada kelompok.”Dengan menggunakan tempat penjemuran, rumput laut akan lebih bersih, tidak kena kotoran ternak, dan secara waktu kerja akan lebih efisien,” ujarnya.
Elisabeth Radja Nguru, peserta dari Desa Lobohede menambahkan tentang pengalamannya dalam menerapkan BMP. “Dengan BMP, kami belajar menjaga lokasi, memilih bibit yang baik, hingga menjemur sesuai standar. Hasilnya amat terasa. Panen lebih cepat, kualitas lebih bagus,” katanya.
Pada forum tersebut juga dibahas tantangan dalam budi daya rumput laut. Salah satu isu paling mengemuka adalah penyakit ice-ice, yang kerap merusak tanaman rumput laut. Untuk pencegahannya, mengutip rekomendasi peneliti BRIN perlu dilakukan rotasi lokasi budi daya, pembaruan kalender musim, dan pemilihan varietas rumput laut yang sesuai musim.

Selain itu tantangan yang kini dihadapi para pembudidaya adalah tentang perubahan iklim. Perubahan iklim membuat pola musim semakin tidak menentu. Pembudidaya membutuhkan informasi yang diperbarui secara berkala. YKAN berkomitmen membantu penyebaran informasi tersebut, agar pembudidaya bisa menyesuaikan teknik budi daya dengan lebih tepat waktu.
Seluruh pihak yang hadir pada pertemuan tersebut sepakat dan berkomitmen untuk terus memperkuat sinergi, memastikan suara pembudidaya menjadi bagian dari kebijakan, serta menghadirkan solusi berbasis sains sekaligus kearifan lokal. Dengan sinergi, sektor rumput laut bisa menjadi pilar kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian ekosistem laut.
Tentang YKAN
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014. Memiliki misi melindungi wilayah daratan dan perairan sebagai sistem penyangga kehidupan, kami memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif, mengedepankan pendekatan nonkonfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi ykan.or.id.