Pelatihan Identifikasi Ikan Kakap Kerapu untuk Penguatan Ekonomi Biru di Nusa Tenggara Timur
Kontak Media
-
Adia Puja Pradana
Communications Specialist Ocean Program YKAN
Yayasan Konservasi Alam Nusantara
Email: adia.pradana@ykan.or.id
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bekerja sama dengan Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), serta Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT, menyelenggarakan pelatihan identifikasi spesies ikan kakap kerapuuntuk mendukung peningkatan keakuratan data dan pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia, 26-28 Mei 2025, di Restaurant Celebes Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pelatihan bertajuk “Identifikasi Spesies Perikanan Kakap Kerapu Laut Dalam, serta Tuna dan Pelagis Kecil di Indonesia untuk Peningkatan Keakuratan Data” ini merupakan bagian dari Program Koralestari, sebuah inisiatif yang diusung YKAN untuk memperkuat pengelolaan perikanan yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang, sekaligus mendorong ekonomi biru dan restorasi lingkungan laut.

Pelatihan ini diikuti oleh perwakilan dari Unit Pengolahan Ikan (UPI), jajaran staf lingkup KKP, Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang. Pelatihan difokuskan pada identifikasi 134 spesies ikan yang terdiri dari 100 spesies kakap, kerapu, dan lencam, serta 34 spesies tuna dan pelagis kecil. Materi pelatihan mencakup penggunaan buku identifikasi spesies, buku saku, presentasi visual, dan praktik langsung dengan spesimen lokal.
Kepala DKP Provinsi NTT, Sulastri H. I. Rasyid, menyambut baik inisiatif pelatihan ini. “NTT memiliki kekayaan spesies ikan yang sangat tinggi, termasuk kakap dan kerapu. Namun, penyebutan nama lokal sering berbeda-beda, dan ini menimbulkan tantangan dalam rantai pasok dan pemasaran. Pelatihan ini membantu kita melakukan identifikasi dengan benar, agar penamaan ikan tidak keliru dari nelayan hingga ke pasar,” katanya.
Sulastri juga juga menekankan pentingnya kerja kolaboratif untuk mendukung ekonomi biru di NTT. "Melalui program Koralestari yang digagas oleh YKAN, kita harus berkolaborasi untuk berfokus pada kegiatan ekonomi biru, mengingat sekitar 25% penduduk NTT adalah masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan."


Senada, Kepala BPPMHKP Kupang, Ridwan S., mengatakan bahwa pelatihan ini sejalan dengan upaya perbaikan pengelolaan perikanan. “Terdapat setidaknya 26 UPI di NTT yang telah memiliki izin ekspor, dengan identifikasi yang lebih akurat ini, produk perikanan kita akan dapat diterima lebih baik di pasar internasional, selain itu tentunya kita dapat meningkatkan manajemen pengelolaan perikanan agar lebih baik secara ekonomi maupun ekologi,” jelasnya.
Tanggapan yang sama disampaikan oleh Kepala BKKPN Kupang, Imam Fauzi. “Dengan identifikasi yang lebih akurat, kita bisa mengambil keputusan manajerial yang lebih tepat dalam menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan konservasi sumber daya laut,” ungkapnya.
Sementara itu, Manajer Produksi PT Hutama Jaya Chandra, Victor Chandra, sektor swasta yang terlibat dalam pelatihan ini, menggarisbawahi pentingnya pelatihan ini dalam konteks tantangan industri perikanan saat ini. Menurutnya, produksi ikan, khususnya kakap dan anggoli, mengalami penurunan drastis hingga 20%-30% dalam lima tahun terakhir, salah satunya akibat perubahan iklim dan tekanan pasar global.

"Dua tahun terakhir, sektor usaha juga terdampak oleh ketatnya persaingan global, yang menurunkan harga dan penerimaan pasar untuk ikan berkualitas rendah hingga sedang. Akibatnya, nelayan kesulitan menjual hasil tangkapan dengan harga optimal. Dengan praktik perikanan yang baik dan menekankan keberlanjutan, kami yakin industri perikanan di NTT dapat tumbuh secara adil, berkelanjutan, dan memberi manfaat bagi semua," kata Viktor.
Identifikasi Spesies jadi Kunci Pengelolaan Stok Ikan
Sejak 2016, YKAN telah mendukung KKP dalam penguatan pengelolaan sumber daya ikan, termasuk melalui pengesahan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 123 Tahun 2021 tentang Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) Kakap dan Kerapu, serta pendampingan penyusunan strategi pemanfaatan perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573, yang mencakup Laut Sawu, NTT.
Manajer Senior Perikanan Berkelanjutan YKAN, Glaudy Perdanahardja, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi memperkuat sistem ketertelusuran (traceability) dan transparansi data perikanan. “Identifikasi spesies yang tepat sangat krusial dalam membangun data stok yang akurat, yang pada gilirannya mendukung praktik perikanan berkelanjutan dan menjamin mutu hasil laut kita,” ujarnya.
Menurutnya, metode identifikasi dan pencatatan data ini juga akan memperkuat sistem jaminan mutu dari hulu ke hilir. “Melalui kemitraan bersama sektor swasta dan pemerintah, kami berupaya membangun sistem yang mendorong praktik penangkapan yang ramah lingkungan dan dapat ditelusuri,” tambahnya.

Melalui pelatihan ini, diharapkan peserta dapat mengidentifikasi minimal 100 spesies ikan kakap-kerapu laut dalam dan 34 spesies tuna serta pelagis kecil secara mandiri. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat mempererat kemitraan antara pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga terkait dalam membangun sistem perikanan yang transparan, berkelanjutan, dan adil.
Tentang YKAN
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014. Memiliki misi melindungi wilayah daratan dan perairan sebagai sistem penyangga kehidupan, kami memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif, mengedepankan pendekatan nonkonfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi ykan.or.id.