Cerita ini adalah bagian dari tulisan Matt Miller; Cerita dari Hutan Kalimantan, Pertemuan Dengan Orang Utan di Taman Nasional Kutai, Berada di Hutan Lindung Wehea, dan Pengalaman di Konsesi Gunung Gajah Abadi, yang merupakan cerita dari perjalanannya dengan YKAN bersama mitra-mitranya yakni, TNC dan Arhaus pada Januari 2025, di pedalaman hutan Kalimantan Timur.
Baca juga: Sistem FishFace Terobosan untuk Menjaga Populasi Ikan di Indonesia
Peran aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan dan sumber daya alamnya merupakan bagian penting untuk memastikan keberlangsungan penghidupan baik manusia dan juga alam. Berikut adalah perenungan konsep ini di Kampung Merabu;

Perhentian terakhir kami adalah menyusuri sungai hutan dengan perahu motor. Saat kami berbelok, dua berang-berang Asia cakar kecil bermain-main di sepanjang tepi sungai.
Kami mengunjungi Kampung Merabu, salah satu proyek konservasi berbasis masyarakat pertama TNC yang dikembangkan bekerja sama dengan YKAN. Desa ini telah menjadi model untuk membentuk seperti apa konservasi berbasis masyarakat itu, kata Ruslandi.
Selama berabad-abad, hutan telah menopang kehidupan masyarakat Merabu. Kini, penduduk setempat memanen hasil hutan secara berkelanjutan, termasuk madu hutan dan tanaman obat untuk dijual. Mereka juga telah mengembangkan program ekowisata yang mencakup gua-gua dengan lukisan telapak tangan manusia purba dan pendakian ke tebing kapur serta Danau Nyadeng, sebuah situs dalam agenda hari ini.
Pemandu kami akan membawa kami menyusuri hutan menuju danau, perairan biru kehijauan yang menakjubkan dikelilingi pepohonan. Aku menatap ke kedalaman air yang jernih. Kawanan ikan berenang di sekitarnya.

Aku juga merenungkan beberapa hari terakhir dan berbagai strategi konservasi yang telah aku saksikan. Hutan Kalimantan menghadapi ancaman yang signifikan dan telah dipublikasikan secara luas. Mengatasinya membutuhkan pendekatan multidimensi. Penebangan hutan yang berkelanjutan dan penjualan madu hutan, mempekerjakan penjaga hutan, serta mengembangkan ekowisata, penelitian, dan pemantauan—semuanya berperan. Dan yang terpenting, perlindungan hutan harus dipimpin oleh masyarakat setempat dan mencerminkan aspirasi mereka sendiri terhadap hutan.
Rombongan kami sedang duduk bersantai setelah beberapa hari perjalanan yang sibuk. Ruslandi tersenyum melihatku menikmati pemandangan yang menakjubkan. "Masyarakat adalah pemimpin di sini. Mereka adalah kunci konservasi hutan dan keanekaragaman hayati Kalimantan," ujarnya. "Kami di sini untuk mendukung mereka. Kami dapat menyediakan ilmu pengetahuan dan membantu mereka membentuk masa depan yang mereka inginkan. Namun, inilah cerminan dari mimpi mereka."