Lariang Festival Barata Kehedupa Wakatobi
Keterangan Foto Pasukan Tamburu yang menjadi bagian dari kelembagaan adat Barata Kahedupa di Pulau Kaledupa, Kab. Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Rabu, 18 September 2024. © Adia Puja Pradana/YKAN

Perspektif

Konservasi Alam oleh Masyarakat

Kehidupan manusia sangat bergantung pada alam. Manusia membutuhkan alam untuk memenuhi kebutuhan utamanya untuk dapat hidup dengan baik. Dengan adanya ancaman perubahan iklim global dan pertambahan populasi masyarakat yang terus meningkat, sumber daya alam semakin kritis untuk tetap dipertahankan. Peran aktif masyarakat untuk menjaga dan melindungi alam, sekaligus menciptakan pola hidup yang ramah lingkungan merupakan hal penting di abad ini.

Baca juga: Temukan Peran Area berNilai Konservasi Tinggi (ANKT) dalam Perkebunan Berkelanjutan

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama mitra, mendorong keterlibatan langsung masyarakat dalam program konservasi yang dilakukan di Indonesia. Masyarakat pesisir maupun mereka yang tinggal di sekitar hutan, diajak untuk bersama melakukan tindakan nyata melestarikan sumber daya alamnya, dan memanfaatkannya dengan lebih bijaksana dan berkelanjutan.

Keterangan Foto Pelatihan SIGAP di Kutai Timur. © Chris Djoka/YKAN

Melalui pendekatan Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan (SIGAP), YKAN mendampingi berbagai komunitas yang memiliki komitmen terhadap keberlanjutan sumber daya alamnya. SIGAP merupakan pendekatan untuk pelibatan masyarakat dalam upaya perlindungan dan penyelamatan sumber daya alam, dengan menekankan pendekatan berbasis potensi yang dimiliki oleh desa. Sasaran utama SIGAP adalah untuk membantu penguatan tata kelola pemerintah desa, kepastian hak akses dan pengelolaan sumber daya berkelanjutan oleh masyarakat, dan pengembangan strategi penghidupan berkelanjutan.

Sejak tahun 2019, YKAN mendukung Pemerintah Kabupaten Berau bersama Yayasan Darma Bhakti Berau Coal dan UGM dalam melaksanakan Program SIGAP SEJAHTERA. Program ini mengadopsi pendekatan SIGAP yang dikembangkan oleh YKAN, untuk memberdayakan masyarakat dengan menggunakan potensi yang dimiliki desa. Pendekatan SIGAP kemudian direplikasi di 18 desa di Lanskap Kayan, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Desa-desa tersebut telah didampingi dalam pengelolaan sistem informasi desa dan sistem infomasi kecamatan. Di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur telah menghasilkan dokumen perencanaan tata guna lahan di 5 desa dari 2 kecamatan sekaligus mencetak 5 pendamping desa SIGAP.

Keterangan Foto Festival Barata Kahedupa, Lariangi Wakatobi mendukung ekowisata. © La Ode Arifudin/YKAN

Pada tahun 2024, melalui pendekatan SIGAP, 11 kelompok ekowisata berbasis masyarakat di Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Berau, dan Provinsi Papua Barat Daya telah memiliki kompetensi di dalam manajemen organisasi, teknik kepemanduan, dan telah memiliki paket ekowisata berbasis potensi alam dan kearifan local. 38 kelompok usaha dari 14 desa yang tersebar di Wakatobi, Berau, Papua Barat Daya, dan wilayah Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu telah mampu mengolah dan memproduksi produk-produk perikanan bernilai tambah (value added) seperti kripik ikan, kripik rumput laut dan abon ikan, dengan akses terhadap pasar lokal di tingkat desa dan kecamatan.

Upaya konservasi alam bersama masyarakat ini membutuhkan komitmen berbagai pihak, termasuk dukungan dari pemerintah daerah. Peluang terbitnya kebijakan daerah yang mendukung program konservasi berbasis masyarakat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari inisiatif ini.