Borneo Peppercorns
© @FAJARWO

Perspektif

Lada Kalimantan

Malonan 1, salah satu varian merica di Kalimantan, ditanam berdampingan dengan pohon sayuran dan buah-buahan seperti Durian (alias raja buah Asia Selatan), Nangka, dan Rambutan. Biji merica berwarna putih cerah dengan aroma yang sangat kuat itu memiliki kadar minyak atsiri 3,44%, dan rasanya cukup pedas. Sedangkan lada hitamnya memiliki 4,40% minyak atsiri, tidak terlalu pedas, tapi cocok untuk menambah cita rasa makanan.

Petani Desa Biatan Ulu mulai menanam lada pada tahun 2015 di atas lahan seluas 27 ha, dan mereka telah berhasil memproduksi setidaknya 644 kg/tahun lada putih dan hitam sejak saat itu.

Lada tersebut dipanen dan dikelola secara tradisional, yaitu dengan menggunakan parang dan sabit untuk membersihkan rumput serta tidak menggunakan herbisida atau pun pupuk. Rahasianya, menurut mereka, ada pada sesering apa petani mengunjungi lahan kebun mereka, sehingga mereka akan tahu kapan tanaman itu menunjukkan tanda-tanda penyakit sejak awal dan segera diobati.

© YKAN

Para petani

Lada putih dan hitam ini dibudidayakan oleh para petani yang tinggal di sebuah kampung kecil (Desa) Biatan Ulu, di Pulau Kalimantan, Indonesia. Dengan bangga kami sampaikan bahwa perempuan dan pemuda adalah penggerak produksi dan pemasaran lada ini.

Biatan Ulu adalah sebuah Desa tua – leluhur asli Dayak Basap Alladan telah ada di sini sejak tahun 1935. Sebagai pemburu dan pengumpul tradisional, hutan yang sehat sangat penting bagi kehidupan mereka. Saat ini, Desa Biantan Ulu dihuni oleh komunitas yang lebih beragam. Para petani kini terdiri dari suku Dayak, Bugis, Timor dan Jawa yang memperkaya budaya Desa.

Bersama dengan kearifan yang melimpah, visi mereka adalah menjadi petani lada organik yang sukses, sekaligus melindungi Hutan Desa seluas 10.033 ha yang menjadi sumber air dan penghidupan masyarakat Desa.

© YKAN
© YKAN

Dukung atau kenali Lada Kalimantan melalui:

Maya Patriani: maya.patriani@ykan.or.id