Mentari perlahan menghilang, tanda malam akan datang. Yefta Mjam (54) sibuk di halaman belakang rumahnya yang berbatasan langsung dengan laut. Lampu petromaks, kalawai atau tombak untuk mencari teripang, juga makanan dan minuman, ia masukkan ke dalam perahu. Ini semua bekal untuk menemaninya melaut malam ini. “Hari ini adalah hari pertama buka sasi. Saya akan mencoba peruntungan untuk mencari teripang. Semoga Tuhan memberkati sehingga cuaca bagus dan hasil yang saya dapat banyak. Untuk menambah tabungan keluarga,” ujar Yefta dengan sumringah.
![yefta dengan petromaxnya](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Persiapan-Yefta.jpg?crop=0%2C0%2C643%2C401&wid=640&hei=400&scl=1.0046875)
![Elsa sedang mencari teripang](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Novita-elsa-moom.jpg?crop=0%2C13%2C1114%2C696&wid=640&hei=400&scl=1.740625)
Pemandangan ini jamak ditemui di rumah-rumah masyarakat di Kampung Folley, Distrik Misool Timur, Kabupaten Raja Ampat. “Ini hari yang kami tunggu-tunggu. Selama setahun, wilayah sasi di kampung ini kami tutup dan jaga. Harapannya agar saat dibuka hasilnya melimpah,” kata Nikson Moom (40) sambil menyeruput kopinya.
Sasi adalah praktik pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat adat dengan menutup pemanfaatan sumber daya di laut dan darat dalam jangka waktu tertentu. Praktik adat ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat di Maluku dan Papua. Pembukaan dan penutupan wilayah sasi biasanya diawali dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan para leluhur.
![](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Tarian-setan-gamutu.png?crop=0%2C0%2C751%2C469&wid=1640&hei=1025&scl=0.4579268292682927)
![](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Triton.jpg?crop=0%2C0%2C1180%2C737&wid=1640&hei=1025&scl=0.7195121951219512)
![](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Opener-sasi.png?crop=0%2C0%2C801%2C500&wid=1640&hei=1025&scl=0.48841463414634145)
![Tarian “Setan Gamutu” Mengiringi acara buka sasi di Kampung Folley. Setan Gamutu adalah kesenian Suku Matbat, suku asli dari Misool. Penari Setan Gamutu menggunakan baju dari ijuk (gamutu) dan topeng dari pelepah sagu. “Setan Gamutu” adalah perlambang para prajurit yang menjaga wilayah hutan dan laut dari gangguan musuh. © Nugroho Arif Prabowo](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Tarian-setan-gamutu.png?crop=0%2C0%2C751%2C469&wid=1640&hei=1025&scl=0.4579268292682927)
![Terompet Cangkang Triton Seorang warga Kampung Folley meniup triton, alat musik dari kerang laut, sebagai bagian dari rangkaian acara buka sasi laut. © Nugroho Arif Prabowo](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Triton.jpg?crop=0%2C0%2C1180%2C737&wid=1640&hei=1025&scl=0.7195121951219512)
![Pembukaan Acara Sasi Yohanes Fadimpo, tokoh adat di Kampung Folley, meletakkan sirih pinang dan penanaman pohon sebagai tanda buka sasi. © Nugroho Arif Prabowo](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Opener-sasi.png?crop=0%2C0%2C801%2C500&wid=1640&hei=1025&scl=0.48841463414634145)
Masyarakat Kampung Folley mengelola wilayah sasi seluas 297 hektare. Mereka rutin melakukan pemantauan dan tidak mengambil teripang yang berukuran di bawah 15 cm saat buka sasi. Selain tidak laku di pasaran karena terlalu kecil, pengambilan teripang lebih kecil dari 15 cm juga akan berdampak pada berkurangnya bibit teripang. Teripang ukuran ini belum sempat bertelur dan menghasilkan bibit teripang yang dibutuhkan untuk mempertahankan jumlah teripang di wilayah tersebut.
“Nenek moyang telah mengajarkan kepada kami tentang pemanfaatan sumber daya alam yang bijak melalui sasi, sehingga kami akan terus melestarikan budaya sasi ini,” tekad Leonard Moom, tokoh adat di Kampung Folley.
Wilayah sasi di Kampung Folley berada di wilayah milik marga Fadimpo dan Moom. Namun, masyarakat di luar marga maupun dari luar Kampung Folley diperbolehkan mengikuti panen sasi. Tentu, mereka wajib mematuhi aturan panen sasi. Selain hanya boleh mengambil teripang minimal berukuran 15 cm, penangkapan teripang harus menggunakan alat yang ramah lingkungan dan dilarang menggunakan kompresor atau potassium.
Hasil Panen Sasi
Setelah selesai melakukan panen sasi warga menyerahkan teripang ke tim monitoring untuk di data terlebih dahulu.
![Yefta dan Petromaxnya](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Yefta-dan-tripang.jpg)
![hasil tangkap teripang elsa](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Elsa-moom.jpg)
![tim monitoring teripang](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Tim-monitoring.png)
![teripang](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Tripang.jpg)
![mengeringkan teripang](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Bakar-tripang.jpg)
![Yefta dan Petromaxnya](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Yefta-dan-tripang.jpg)
Hasil Sasi: Yefta Mjam memegang teripang hasil sasi. © Nugroho Arif Prabowo
![hasil tangkap teripang elsa](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Elsa-moom.jpg)
Hasil Tangkapan: Elsa Moom dan hasil teripang yang diperolehnya saat buka sasi. © Nugroho Arif Prabowo
![tim monitoring teripang](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Tim-monitoring.png)
Pendataan Teripang: Tim monitoring melakukan pendataan jenis dan ukuran teripang hasil tangkapan. © Nugroho Arif Prabowo
![teripang](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Tripang.jpg)
Teripang Sasi: Teripang hasil tangkapan saat buka sasi di Kampung Folley. © Nugroho Arif Prabowo
![mengeringkan teripang](https://natureconservancy-h.assetsadobe.com/is/image/content/dam/tnc/nature/en/photos/ykan/cerita-photo/sasi/Bakar-tripang.jpg)
Mengeringkan Teripang: Warga sedang mengeringkan teripang hasil sasi. © Nugroho Arif Prabowo
Dari data yang dikumpulkan Yayasan Konservasi Alam Nusantara, sejak wilayah sasi di Kampung Folley dikelola dengan lebih baik, terjadi peningkatan jumlah biota mupun manfaat ekonomi. Dari hanya terdapat 6 spesies teripang pada 2013-2014, pada 2017 ditemukan 11 jenis teripang. Salah satunya merupakan spesies teripang dengan nilai ekonomi tinggi, yakni teripang gosok (Holoturian scabra), yang di pasaran lokal harganya berkisar antara Rp 600.000 – Rp. 1.000.000/kg. Sementara data panen sasi pada 2013-2019 menunjukkan, rata-rata hasil penjualan teripang per kepala keluarga adalah Rp 2-4 juta.