Siaran Pers

Pemkab Wakatobi, Balai Taman Nasional Wakatobi, dan YKAN Gelar Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Peringati Hari Lahan Basah Sedunia

Hari Lahan Basah Dunia
Keterangan Foto Kegiatan aksi bersih pantai dan kawasan pesisir oleh para pelajar dan peserta Pendidikan Lingkungan Hidup. © Agung Wicaksono

Kontak Media

Dalam rangka memperingati Hari Lahan Basah Sedunia yang jatuh pada tanggal 2 Februari 2024, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Balai Taman Nasional Wakatobi dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wakatobi menggelar pendidikan lingkungan hidup pada lahan basah bagi para pelajar di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Pendidikan lingkungan hidup yang melibatkan sekitar 130 pelajar dari SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan ini digelar di Desa Liya Mawi, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, pada 3 Februari 2024. Pelaksanaan kegiatan yang diselaraskan dengan penerapan Kurikulum Merdeka Belajar ini diisi dengan pengantar singkat mengenai Hari Lahan Basah Sedunia, materi fungsi ekosistem pesisir bagi kehidupan, kegiatan permainan “Pendekar Lingkungan Penjaga Mangrove Wakatobi”, dan aksi bersih sampah di kawasan pesisir dan laut sekitarnya.

Sosialisasi modul Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) oleh Balai Taman Nasional Wakatobi dan YKAN kepada sejumlah pelajar SD dan SMP di Kab. Wakatobi pada Februari 2022.
Keterangan Foto Sosialisasi modul Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) oleh Balai Taman Nasional Wakatobi dan YKAN kepada sejumlah pelajar SD dan SMP di Kab. Wakatobi pada Februari 2022. © La Ode Arifudin/YKAN

Kegiatan pendidikan lingkungan hidup ini sejalan dengan tema Hari Lahan Basah Sedunia 2024 yang ditetapkan oleh PBB, yaitu ‘Wetlands and Human Wellbeing’ atau ‘lahan basah dan kesejahteraan manusia’. Tema tersebut menyoroti bagaimana semua aspek kesejahteraan manusia terkait dengan kesehatan lahan basah, baik fisik, mental, dan lingkungan.

“Dengan adanya kegiatan ini, kami berharap para pelajar sebagai generasi penerus mendapat pemahaman untuk melindungi dan memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya secara berkelanjutan, termasuk ekosistem pesisir yang mencakup lamun, mangrove dan terumbu karang. Kami juga berharap ada perubahan perilaku dari masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan keberadaan lahan basah demi kesejahteraan manusia dan lingkungannya,” harap Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I Wangi-Wangi, Balai Taman Nasional Wakatobi, Union.

“Kegiatan pendidikan lingkungan hidup ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan generasi muda tentang pentingnya kelestarian lahan basah. Hal ini dapat menumbuhkan motivasi dan semangat konservasi para pelajar terhadap ekosistem lahan basah, terutama lamun, mangrove dan terumbu karang yang ada di sekitarnya,” ujar Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wakatobi La Ode Agu.

 

Sesi pemberian materi mengenai Hari Lahan Basah Sedunia serta materi fungsi ekosistem pesisir bagi kehidupan.
Keterangan Foto Sesi pemberian materi mengenai Hari Lahan Basah Sedunia serta materi fungsi ekosistem pesisir bagi kehidupan. © Agung Wicaksono
Siswa SMP Negeri 1 Wangi-Wangi sedang melakukan aksi bersih pantai dan kawasan pesisir sebagai salah satu bentuk edukasi dalam menjaga lingkungan.
Keterangan Foto Siswa SMP Negeri 1 Wangi-Wangi sedang melakukan aksi bersih pantai dan kawasan pesisir sebagai salah satu bentuk edukasi dalam menjaga lingkungan. © La Ode Arifudin/YKAN

“Kegiatan ini sangat bagus bagi para pelajar, karena mereka dapat lebih memahami pentingnya ekosistem lahan basah di lingkungan sekitar. Selain itu, para pelajar juga mendapat pengetahuan dan pengalaman yang berharga karena dapat berinteraksi langsung dengan alam,” terang Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Adeliya Alim Sabani.

Pentingnya menjaga ekosistem lahan basah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekosistem lahan basah terluas di Asia, dengan luas lahan basah sekitar 40,5 juta hektare, atau sekitar 20% dari luas kawasan Indonesia. Di Kabupaten Wakatobi sendiri, terdapat delapan sumber daya penting yang menjadi target konservasi Taman Nasional Wakatobi, dan tiga di antaranya adalah kawasan mangrove, lamun, dan terumbu karang yang termasuk ke dalam ekosistem lahan basah di wilayah pesisir.

Kegiatan aksi bersih pantai dan kawasan pesisir oleh para pelajar dan peserta Pendidikan Lingkungan Hidup.
Keterangan Foto Kegiatan aksi bersih pantai dan kawasan pesisir oleh para pelajar dan peserta Pendidikan Lingkungan Hidup. © Agung Wicaksono

Kendati demikian, kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi dan manfaat lahan basah masih minim. Selain faktor iklim, alih fungsi lahan menjadi salah satu faktor utama terganggunya ekosistem lahan basah. Pengelolaan lahan basah secara berkelanjutan harus dikerjakan secara partisipatif dan kolaboratif antara masyarakat, lembaga, dan para pemangku kepentingan.

“Mangrove, lamun, dan terumbu karang sangat berperan penting untuk menjaga ekosistem pesisir, di antaranya adalah melindungi kawasan pesisir dari abrasi air laut, tempat berkembang biak berbagai jenis biota laut, mengurangi pemanasan global, dan juga sebagai sumber perekonomian bagi masyarakat. YKAN bersama Balai Taman Nasional Wakatobi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi terus melakukan monitoring dan evalusi terhadap program di kawasan konservasi, termasuk bagi wilayah lahan basah di pesisir,” pungkas Koordinator Program Wakatobi YKAN La Ode Arifudin.

Tentang YKAN

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014. Memiliki misi melindungi wilayah daratan dan perairan sebagai sistem penyangga kehidupan, kami memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif, mengedepankan pendekatan nonkonfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi ykan.or.id.