Siaran Pers

Menjawab Tantangan Perubahan Iklim Lewat Restorasi Lahan Gambut

TLF 32
Keterangan Foto Narasumber yang hadir dalam Thought Leaders Forum 32. © YKAN

Kontak Media

Sebagai salah satu ekosistem lahan basah, peran gambut dalam mencegah krisis alam termasuk untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sudah teruji. Gambut mempunyai kapasitas penyimpanan karbon 10 sampai 13 kali dibandingkan ekosistem lain. Lahan gambut juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai budidaya tanaman dan perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Karena itu dalam upaya mencapai Nationally Determined Contribution (NDC), restorasi gambut menjadi salah satu aksi prioritas. NDC merupakan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon sebesar 31,89% dengan upaya sendiri atau 43,20% dengan bantuan internasional pada 2030.

Tercatat luasan lahan gambut tropis di Indonesia yaitu mencapai 13,4 juta hektare. Dengan luasan tersebut diperkirakan mampu menyimpan hingga 57 giga ton karbon atau 55 persen dari total karbon gambut tropis dunia. Namun, dari total luasan lahan gambut tropis Indonesia, hampir setengahnya mengalami degradasi fungsi yang diakibatkan oleh pembangunan kanal, penebangan hutan, konversi menjadi lahan pertanian dan kebakaran.

Keterangan Foto Lahan gambut tropis Indonesia mampu menyimpan hingga 57 giga ton karbon atau 55 persen dari total karbon gambut tropis dunia. © YKAN

Sekretaris Utama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Ayu Dewi Utari menyampaikan, selain pembasahan ulang (rewetting) dan penanaman kembali (revegetation) sebagai strategi dalam merestorasi lahan gambut, strategi ketiga yang dijalankan BRGM yaitu peningkatan kesejahteraan atau revitalisasi penghidupan masyarakat yang mendukung restorasi. BRGM mencatat sampai dengan tahun 2023 ada kurang lebih 784 desa yang terbentuk di area gambut terestorasi.

 Menurut Ayu, dengan kesejahteraan yang baik, masyarakat akan secara sadar dan suka rela ikut terlibat melindungi lingkungan mereka. “Karena itu salah satu program yang kita gulirkan adalah Desa Peduli Gambut. Fokusnya untuk mendorong perubahan paradigma tentang restorasi gambut dan membantu desa-desa meningkatkan status desa mereka,” ujar Ayu ketika membuka diskusi Thought Leaders Forum (TLF) ke 32 yang diselenggarakan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Jakarta, Kamis 13 Juni 2024 dengan tema “Konservasi dan Restorasi Lahan Gambut Tropis di Indonesia: Solusi Iklim Alami untuk Mitigasi Perubahan Iklim.”

Kepala Kelompok Kerja Teknik Restorasi BRGM, Agus Yasin menyampaikan, sampai dengan Desember 2023, pihaknya telah melakukan pemulihan melalui pembahasan kembali, revegetasi dan perbaikan penghidupan masyarakat terhadap lahan gambut mencapai 51.325 hektar. Restorasi tersebut dilakukan sejalan dengan 2 (dua) tugas utama BRGM yaitu fasilitasi restorasi gambut dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Mengapa menggunakan kata fasilitasi, karena prinsip dari restorasi gambut adalah siapa yang mengelola lahan gambut lalu rusak, maka pihak yang mengelola yang akan bertanggung jawab. Kami yang akan fasilitasi,” jelas Agus.

Keterangan Foto Narasumber yang hadir dalam TLF 32 dari kiri ke kanan Direktur Penghimpunan dan Pengembangan Dana Lingkungan, Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), Endah Tri Kurniawaty, Peneliti Ahli Madya, Direktorat Kebijakan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, Sumber Daya Alam, dan Ketenaganukliran, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yanto Rochmayanto, Kepala Kelompok Kerja Teknik Restorasi BRGM, Agus Yasin dan Manajer Senior Karbon Kehutanan dan Perubahan Iklim YKAN, Nisa Novita. © YKAN

Sebelumnya dalam FOLU Net Sink 2030 yang berkontribusi pada pencapaian NDC, Indonesia mematok penurunan emisi Gas Rumah Kaca di sektor lahan sebesar 17,4 persen atau mengurangi emisi karbon 140 juta ton setara CO2. FOLU Net Sink 2030 merujuk pada kontribusi sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya dalam menyerap lebih banyak karbon daripada yang dilepaskan. Ini termasuk kegiatan seperti reforestasi, aforestasi, konservasi hutan, dan praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan yang meningkatkan penyerapan karbon atau mengurangi emisi dari penggunaan lahan seperti pada lahan gambut.

Peneliti Ahli Madya, Direktorat Kebijakan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, Sumber Daya Alam, dan Ketenaganukliran, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yanto Rochmayanto menyebutkan, dalam merestorasi gambut pendekatan yang diambil tidak bisa hanya mengandalkan sisi teknis. Ia menilai dalam rencana restorasi perlu terlebih dahulu melakukan konsolidasi terutama terkait kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. “Pertama kita perlu kenali sosial budaya di area yang akan direstorasi, kemudian pilih aktivitas maupun aksi mitigasi yang terkait dengan mereka. Jadi kegiatan restorasi yang sesuai dengan alam sekaligus sesuai dengan sosial ekonomi masyarakat,”terang Yanto.

Keterangan Foto Kegiatan TLF 32 sebagai bagian dari perayaan 10th YKAN. © YKAN

Sementara itu peneliti sekaligus Manajer Senior Karbon Kehutanan dan Perubahan Iklim YKAN, Nisa Novita menyampaikan bahwa kegiatan restorasi gambut memerlukan upaya kolaboratif berbagai pihak. Selain itu, perlu juga dikuantifikasi seberapa besar dampak penurunan emisi dari kegiatan rewetting dan revegetation pada lahan gambut terdegradasi. “Penelitian kami menemukan bahwa, pembangunan sekat kanal di lokasi yang tepat dan terawat di lahan perkebunan sawit dapat menurunkan emisi mencapai 30% dibandingkan dengan bussiness as usual. Hal ini menjadikan restorasi gambut melalui pengelolaan tata air dapat dijadikan salah satu strategi efektif Solusi Iklim Alami yang berpotensi tinggi dalam upaya penurunan emisi pada skala nasional,” ujar Nisa.

Tentang YKAN

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014. Memiliki misi melindungi wilayah daratan dan perairan sebagai sistem penyangga kehidupan, kami memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif, mengedepankan pendekatan nonkonfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi ykan.or.id.