Rangkong
Rangkong badak Rangkong badak adalah spesies rangkong hutan yang berukuran besar. Di penangkaran dapat hidup hingga 35 tahun. Ditemukan di dataran rendah dan pegunungan dan iklim tropis. © YKAN

Perspektif

Sinergi Menjaga Keanekaragaman Hayati Wehea-Kelay

Wehea-Kelay merupakan kawasan bentang alam yang menempati sekitar 2 persen atau 532.143 hektare dari total luas hutan Kalimantan. Kawasan ini terletak di perbatasan Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur dan memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.

Baca juga: Lintas Generasi Menjaga Tradisi Sasi

Sekitar 77 spesies mamalia telah terdokumentasi dari kawasan tersebut, yang mana sekitar 50% di antaranya terdiri atas bangsa (ordo) Primata, Carnivora, dan Artiodactyla. Orang utan kalimantan dari subspesies morio (Pongo pgymaeus morio) adalah satu-satunya kera besar dalam kelompok primata yang ada di kawasan ini. Sementara itu, macan dahan (Neofelis diardi) merupakan pemangsa utama (top predator) yang dikenali hidup di kawasan tersebut.

Kekayaan Alam Hutan Lindung Wehea Beberapa satwa endemik liar seperti orang utan (Pongo pygmaeus), owa kelabu kalimantan (Hylobates funereu), lutung merah (Presbytis rubicunda) dan macan dahan (Neofelis diardi borneensis) tertangkap kamera di kawasan hutan lindung Wehea).

Bentang Alam Wehea-Kelay juga menjadi rumah bagi setidaknya 271 spesies burung (avifauna), yang mana sebanyak 57 spesies di antaranya adalah jenis burung yang dilindungi di Indonesia karena populasinya yang terus menurun. Selanjutnya, keragaman jenis dari kelompok herpetofauna yang terdata sebanyak 117 spesies, meliputi 47 spesies dari kelompok reptilia dan 70 spesies dari kelompok amfibia.

Orang utan Kalimantan merupakan spesies payung (umbrella species) dengan populasi yang cukup tinggi di Bentang Alam Wehea-Kelay. Berdasarkan hasil Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) orangutan tahun 2016, populasi orangutan kalimantan di bentang alam tersebut diperkirakan berkisar 806–821 individu. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 26% orang utan di Kalimantan Timur hidup di Bentang Alam Wehea-Kelay.

Mayoritas pengelola kawasan adalah konsesi kehutanan, sebagian lainnya adalah Hutan Lindung Wehea, areal perkebunan, dan area kelola masyarakat. Pada tahun 2015, para pemangku kepentingan di wilayah ini bersepakat untuk bekerja sama melakukan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Inisiatif pengelolaan kolaboratif tersebut dimulai dengan deklarasi nota kerja sama multi pihak.

Anak orangutan sedang memakan buah pohon ara. Pohon ara (Ficus sp) saat berbuah, adalah surga bagi orangutan dan lumrah dijumpai berkelompok dalam satu pohon di habitat asalnya
Keterangan Foto Anak orangutan sedang memakan buah pohon ara. Pohon ara (Ficus sp) saat berbuah, adalah surga bagi orangutan dan lumrah dijumpai berkelompok dalam satu pohon di habitat asalnya. © Bonfilio YB Hartono

Setahun kemudian, dibentuk Forum Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Wehea-Kelay. Hingga saat ini, pengelolaan Wehea-Kelay melibatkan 23 pihak yang terdiri dari lapisan masyarakat, swasta, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan lembaga swadaya masyarakat. Forum ini secara konsisten memfasilitasi dan mewadahi koordinasi multi pihak di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama, melestarikan sumber daya alam yang berkelanjutan melalui pengelolaan kawasan lindung dan penerapan praktik-praktik terbaik.

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) sebagai organisasi nirlaba berbasis ilmiah meneruskan program mitra The Nature Conservancy (TNC) yang telah lebih dari 20 tahun melakukan program konservasi di Kalimantan. Salah satu wilayah prioritasnya adalah Bentang Alam Wehea Kelay. Bersama multi pihak termasuk diantaranya masyarakat adat, YKAN berperan aktif mendampingi masyarakat dalam menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati diwilayah ini. Berbagai penelitian juga dilakukan bersama dengan mitra akademisi dalam menjaga keragaman ini khususnya bagi satwa endemik.

Hutan Kalimantan Timur sendiri memiliki peran besar untuk turut mengurangi dampak perubahan iklum dunia. Data pemerintah menyebutkan luasan hutan Kalimantan Timur mencapai 8,3 juta hektare di tahun 2023. Tingginya laju deforestasi dan degradasi ekosistem, menjadi ancaman serius bagi keberadaan salah satu paru-paru dunia ini. Karena itu upaya bersama menjaga Bentang Alam Wehea Kelay menjadi langkah penting yang wajib kita hidupi bersama sebagai bagian dari komitmen kita menjaga kelestarian alam Indonesia dan keanekaragaman hayati didalamnya.