Salafen
Keterangan Foto Kelompok Zakan Day. © Adia Puja Pradana/YKAN

Perspektif

Para Perempuan Berdaya dari Kampung Salafen

Pagi itu, Mama Sherly dan anggota kelompok Zakan Day lainnya telah bersiap di pantai Kampung Salafen. Sejumlah perahu panjang sudah berderet di sana. Beberapa saat lalu, kelompok Zakan Day telah melaksanakan ibadah di Gereja Imanuel Salafen sebagai salah satu rangkaian dalam prosesi buka sasi.

Selanjutnya, masyarakat Kampung Salafen dan Kelompok Zakan Day menggunakan perahu panjang untuk menuju lokasi upacara adat buka sasi di laut yang dilanjutkan dengan mencabut papan penanda wilayah sasi di tiga lokasi. Ritual adat yang dipimpin oleh Agustinus Day selaku ketua adat sub-suku Matbat ini dilakukan untuk memohon izin kepada leluhur agar hasil panen sasi melimpah dan membawa berkah.

Baca juga: Mengapa orangutan?

Pada 15 November 2023, kelompok sasi perempuan Zakan Day dari Kampung Salafen, Distrik Misool Utara, Kabupaten Raja Ampat melaksanakan buka sasi laut, setelah ditutup sejak satu tahun lalu, tepatnya 29 September 2022. Setelah resmi dibuka, Kelompok Zakan Day dan masyarakat Salafen dapat memanen hasil sasi berupa teripang selama delapan hari, lalu wilayah sasi akan kembali ditutup hingga tahun depan.

pemilihan teripang
Keterangan Foto Proses Mendata Teripang Hasil Tangkapan. © Adia Puja Pradana/YKAN

Sasi merupakan salah satu praktik adat untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, baik di darat atau laut, yang masih diterapkan di Maluku dan Papua. Pengelolaan wilayah sasi dilakukan dengan prinsip pembukaan dan penutupan wilayah kelola dalam jangka waktu tertentu. Tradisi ini melarang pengambilan sumber daya alam bagi siapa pun sebelum sasi dibuka.

Mama Sherly
Keterangan Foto Ketua Kelompok Zakan Day Mama Sherly. © Adia Puja Pradana/YKAN

Secara tradisi, pengelolaan wilayah sasi dilakukan oleh laki-laki. Namun, di beberapa kampung di Pulau Misool, Raja Ampat, termasuk Kampung Salafen, wilayah sasi dikelola oleh kelompok perempuan, yaitu Zakan Day. Beranggotakan 10 orang, kelompok Zakan Day yang diketuai oleh Serly Widya Dakam Day mengelola mengelola wilayah sasi seluas 497,85 hektare, meliputi Tanjung Nilam hingga Je’i Kamku.

“Perempuan harus berperan penting dalam menjaga alam. Meneruskan tradisi sasi merupakan salah satu upaya kami menjaga alam tetap lestari. Pada prosesnya kelompok Zakan Day juga melibatkan generasi muda, sehingga harapannya tradisi sasi tidak putus,” kata Sherly atau akrab disapa Mama Sherly.

Buka sasi
Keterangan Foto Kelompok Zakan Day. © Adia Puja Pradana/YKAN

Kelompok Perempuan Lain di Salafen

Selain kelompok sasi perempuan Zakan Day, terdapat beberapa kelompok perempuan lainnya di Kampung Salafen, yaitu kelompok Wan dan kelompok Ilen. Kelompok-kelompok perempuan ini berperan pada kerajinan dan pengolahan makanan untuk perekonomian alternatif.

Ragam Kerajinan Karya Kelompok Perempuan di Salafen.
Keterangan Foto Ragam Kerajinan Karya Kelompok Perempuan di Salafen. © Nugroho Arif Prabowo/YKAN

Kelompok Wan merupakan kelompok perempuan perajin anyaman yang diketuai oleh Heidi Maria Rumfabe. Kelompok yang beranggotakan delapan orang ini memproduksi anyaman tradisional Papua seperti tas noken, keranjang pinang, topi, senat atau tikar, sisir bambu, dan seni kriya lainnya. Produk anyaman ini merupakan bentuk dari pelestarian budaya tradisional Papua sekaligus menjadi salah satu mata pencaharian bagi anggota kelompok Wan.

Serupa dengan kelompok Wan, para mama di Kampung Salafen yang piawai mengolah sagu menjadi pelbagai penganan membentuk kelompok Ilen. Kelompok Ilen atau kelompok olahan sagu berupaya mewariskan tradisi turun-temurun dari leluhur mereka dalam mencipta kuliner berbahan dasar sagu. Di tangan para mama anggota kelompok Ilen, sagu yang merupakan makanan pokok bagi masyarakat Papua, diolah menjadi sagu bakar, kue sagu, sagu kelapa, bubur sagu atau bubur ne, dan lainnya.

“Sagu ini makanan pokok sehari-hari, kalau kami tidak membentuk kelompok sagu, nanti tradisi tersebut akan hilang. Sehingga, dengan membuat olahan sagu, kami turut menjaga tradisi dari leluhur kami. Kami berharap, kelompok ini dapat bertahan dan dapat diturunkan kepada generasi muda,” ujar Bendahara Kelompok Ilen Perolone Elwod.

Salah satu anggota kelompok Ilen sedang membuat olahan sagu.
Kelompok Wan Sedang Membuat Kerajinan Tangan.
kelompok Wan dan kelompok Ilen Kelompok-kelompok perempuan ini berperan pada kerajinan dan pengolahan makanan untuk perekonomian alternatif. © YKAN

Pengembangan produk yang dihasilkan oleh kelompok Wan dan kelompok Ilen dihasilkan berdasarkan kekayaan sumber daya alam yang tersedia di lingkungan sekitar, dan hasil produksinya dipasarkan ke sejumlah daerah di sekitar Misool.

Mendukung Penguatan Peran Perempuan

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) hadir di Kampung Salafen sejak 2021. Selaku mitra pembangunan Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya, YKAN terus berupaya untuk mendukung penguatan peran perempuan di dalam konservasi, salah satunya adalah melalui tradisi sasi. YKAN melakukan pendampingan pengelolaan sasi berkelanjutan dan berlandaskan sains bagi Kelompok Zakan Day.

“Sasi merupakan tradisi yang perlu dijaga, karena sangat erat kaitannya dengan kegiatan konservasi. Kami pun mendampingi Zakan Day untuk mengelola sasi secara tepat, untuk menjaga kelestarian biota laut. Dengan begitu, manfaat dari tradisi sasi dapat dirasakan secara terus-menerus,” kata Manajer Senior Bentang Laut Kepala Burung YKAN Lukas Rumetna.

Para perempuan kelompok Ilen memproduksi berbagai olahan dari sagu.
Para perempuan kelompok Ilen memproduksi berbagai olahan dari sagu. © Adia Puja Pradana/YKAN
Anggota Kelompok Wan dari Salafen.
Keterangan Foto Anggota Kelompok Wan dari Salafen. © Nugroho Arif Prabowo/YKAN

Terhadap kelompok Wan dan Ilen pun, YKAN memberikan bimbingan untuk mengembangkan produk-produk olahan agar dapat memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, dengan membuat variasi produk, diversifikasi produk, maupun dari sisi pemasaran. YKAN juga memberikan pelatihan keuangan dan membantu fasilitasi adanya izin usaha. Ke depannya, YKAN akan mendorong pemasaran dari kerajinan anyaman dan olahan sagu ini hingga ke Sorong dan daerah lainnya.

Dengan dukungan yang diberikan, diharapkan para perempuan di Salafen mempunyai posisi penting secara sosial. Mereka dapat berperan sebagai ibu rumah tangga di rumah, sekaligus bekerja layaknya kalangan laki-laki.