Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dikenal sebagai destinasi selam kelas dunia. Selain wisata bahari yang kesohor, Wakatobi memiliki potensi budaya dan sejarah yang kaya. Potensi wisata itulah yang ditawarkan oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dari empat desa di Wakatobi yaitu kelompok Tee La Ganda dari Desa Balasuna Selatan, kelompok Poassa Nuhada dari Desa Kulati, kelompok Tadu Sangia dari Desa Dete, serta kelompok One Soea dari Desa Kollo Soha. Mereka melakukan uji coba paket wisata inovatif yang memadukan keindahan alam, sejarah, dan budaya lokal.

Mulai dari eksplorasi situs budaya Puo Nu Futa di Desa Balasuna Selatan hingga pertunjukan tari tradisional Hekulu-Kulu di Desa Kollo Soha, wisatawan diajak menyelami kehidupan masyarakat setempat. Salah satu pengalaman paling menarik adalah paket “live in,” di mana wisatawan tinggal bersama masyarakat lokal, berbagi kehidupan sehari-hari, dan mempelajari kearifan lokal langsung dari sumbernya.
Baca juga: Rotan: Nyawa Baru untuk Komoditas Hutan Kalimantan
YKAN melalui pendekatan Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan (SIGAP) telah bekerja di Wakatobi bersama Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW) untuk mendampingi komunitas lokal yang bergerak di bidang pariwisata, baik dari penguatan kelembagaan, penyusunan kode etik, pengadaan papan informasi dan peralatan pemandu, serta pengembangan paket wisata.
Bagi para pelaku ekowisata di Wakatobi, pariwisata bukan sekadar industri tetapi alat pelestarian, memastikan tradisi mereka tetap hidup sambil menawarkan pengalaman unik bagi para pengunjung. Inisiatif ini membuka jalan menuju masa depan di mana pariwisata tidak hanya mengundang pengunjung, tetapi juga menjaga warisan untuk generasi mendatang.