Rusdiana Biduk-biduk

Perspektif

Setia Sepanjang Usia untuk Alam dan Manusia

Adalah Rusdiana, perempuan perkasa kelahiran tahun 1972, asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Bu Rus, demikian ia biasa disapa. Berpindah dari Pulau Celebes ke Borneo pada tahun 1991. Tepatnya ke Teluk Sulaiman, Biduk-biduk, Kalimantan Timur.

Dia merupakan sosok yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial, sangat vokal dalam forum masyarakat dan terlibat dalam Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam), juga Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Kepeduliannya tidak hanya sebatas lingkungan sosial dan komunitas mereka, tetapi juga alam sekitar.

Rusdiana
Keterangan Foto Rusdiana, aktivis dalam berbagai kegiatan sosial dan lingkungan, vokal dalam forum masyarakat dan terlibat dalam Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam), berawal dari pengelola hingga didapuk menjadi Direktur. © YKAN

Kepedulian ini yang menuntunnya mulai berkecimpung di dunia konservasi pada 2000. Awalnya, Bu Rus terlibat dalam kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat di sekitar hutan tentang Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+), yang diinsiasi oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat lokal, Yayasan Komunitas Belajar Indonesia (YAKOBI) dan Regional Community Forestry Training Center for Asia and the Pacific (RECOFTC).

Sejak itu, ia terus menekuni perjalanan di dunia konservasi. Ia didapuk menjadi kader untuk program penyadartahuan efek gas rumah kaca kepada masyarakat, terutama perempuan, di enam kampung yang ada di sekitar wilayahnya. Selanjutnya ia bergabung di Forum Peduli Kelestarian Alam (Forlika) pada 2015, lembaga lokal yang mendapat izin mengelola Kawasan Sigending. Ia langsung menjabat sebagai penangungjawab bidang pemberdayaan. Ibu Rus menjadi satu-satunya anggota yang berusia di atas 45 tahun, di antara rekan anggota lainnya yang masih terbilang muda.

Kawasan Sigending merupakan magnet bagi Kampung Teluk Sulaiman dengan pesona alam dan keanekaragaman hayatinya yang tinggi. Kegiatan konservasi yang dilakukan Bu Rus dan Forlika adalah penanaman mangrove, patroli hutan, persemaian tanaman buah dan tanaman kehutanan.

Keterangan Foto Pembibitan tanaman buah bersama FORLIKA © YKAN

Tak hanya sampai di situ, pada 2020, Bu Rus diberikan kepercayaan untuk mengelola BUMKam. Pengalaman Bu Rus berdagang dan berorganisasi dari masa muda menjadi alasan Direktur BUMKam meminta Bu Rus membantu pengelolaan BUMKam yang saat itu belum menunjukkan hasil.

Kesempatan berharga tersebut dimanfaatkan Bu Rus sepenuh asa dan tenaga untuk melakukan pembenahan dan perubahan. Alhasil, di akhir jabatan menjadi pengurus BUMKam periode pertama, BUMKam menghasilkan pemasukan sekitar Rp30 juta, dari sebelumnya tidak ada pemasukan sama sekali.

Setelah kerja kerasnya, Bu Rus diangkat secara aklamasi menjadi Direktur BUMKam kedua. Ia pun membuat sejumlah gebrakan dengan tujuan memajukan BUMKam agar lebih bermanfaat untuk banyak orang dan alam. Di antaranya dengan menjalin kerja sama dengan UMKM kelompok perempuan yang menjual produk lokal seperti abon, minyak kelapa, amplang, tenteng kacang, baje kacang, permen bontar, kacang goyang, kopi (Teluk Sumbang), dan kerajinan rotan (Teluk Sulaiman).

Mangrove Planting Berau
Keterangan Foto Menyusun paket wisata Sigending bersama FORLIKA © YKAN

Ia juga membuka jalan untuk BUMKam menjual beragam kebutuhan pokok di kios-kios dan bekerja sama dengan Forlika untuk mendukung kegiatan pariwisata Sigending. Bu Rus ingin terus mendorong potensi lokal termasuk hasil sumber daya alam, baik dari laut, kebun dan hutan menjadi produk andalan BUMKam. Dalam masa kepemimpinannya, BUMKam dapat membuka lapangan pekerjaan yang diperuntukkan sebagai pengelola unit usaha BUMKam.

Kerja kerasnya, berbuah manis. Selama masa jabatannya dari tahun 2020 hingga saat ini, BUMKam sudah dapat mengembangkan modal yang diterimanya di awal jabatannya sebesar Rp90 juta, kini menjadi Rp120 juta di luar pendapatan asli daerah (PAD) yang dibagi ke kampung.

Rusdiana dan Perahunya
Keterangan Foto Rusdiana sedang melakukan patroli di Kawasan Sigending. © YKAN

Di usianya yang genap setengah abad, ia masih bermimpi untuk membesarkan BUMKam, memberi manfaat untuk orang banyak, terutama perempuan, juga bersemangat untuk kelestarian alam.

“BUMKan nantinya bisa menjadi perusahan besar yang dapat memproduksi ikan olahan terutama ikan yang belum ada nilainya seperti ikan lajang dan ikan tembang, tepung ikan yang dapat merekut tenaga kerja lokal. BUMKam juga memberi kesempatan/ruang usaha bagi perempuan, BUMKam bisa menjual produk lokal berbasis hasil SDA lokal untuk melestarikan alam. Penghasilan BUMKam bukan hanya berkontribusi ke PAD tapi juga bisa berkontribusi bagi lembaga-lembaga yang ada di kampung,” pungkasnya.