Sejumlah peneliti gabungan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan YKAN melakukan penelitian pada keanekaragaman hayati biota air tawar di Muara Siran dan Sungai Kelay di Samarinda, Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan di sepanjang tahun 2023 dan penyajian hasil penelitiannya dilakukan pada pertengahan tahun 2024 ini.
Baca juga: Misi Lestari 2023: See Nature
Penelitian ini dilakukan sebagai langkah awal dalam proses pendokumentasian kekayaan biota ekosistem air tawar di Kalimantan Timur. Beranjak dari fakta bahwa ekosistem air tawar (sungai, danau, dan rawa) juga memiliki keanekaragaman hayati yang tak kalah tinggi dan biota air tawar sering terlepas dari mata rantai konservasi, dan luput dari perhatian. Padahal topografi Pulau Kalimantan yang dikeliling sungai-sungai dan danau-danau besar adalah surganya biota air tawar.
Penelitian dilakukan di Sungai Kelay di kawasan PT Wana Bakti Persada Utama (PT WBPU) dan Desa Muara Siran, desa yang masih memiliki danau dan rawa gambut yang terjaga di Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan di Sungai Kelay di dalam Kawasan PT WBPU menjadi habitat bagi 39 spesies ikan dan 5 spesies krustasea. Adapun pada lanskap Desa Muara Siran, tim peneliti menemukan 57 spesies ikan dan 5 spesies krustasea. Krustasea adalah hewan akuatik yang terdapat di air laut dan air tawar. Dari daftar tersebut, 51 spesies ikan dan 4 spesies krustasea merupakan spesies asli Indonesia, sisanya merupakan spesies introduksi. Ada yang berjenis invasif seperti ikan nila, sapu-sapu, dan mas yang mudah sekali ditemukan di wilayah Desa Muara Siran dan sekitarnya. Ada juga jenis asing seperti ikan patin, sepat siam, dan hudang.
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi rekomendasi kebijakan untuk menyelamatkan spesies endemik, khususnya yang sudah berstatus terancam punah dan sekaligus memperkuat implementasi Pembangunan Hijau di Kalimantan Timur.
Baca ini selanjutnya
Mangrove Jakarta untuk siapa?
Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) merupakan Suaka Margasatwa terkecil di dunia dan menyangga banyak kehidupan sebagai rumah bagi hutan mangrove satu-satunya di Jakarta.
Kearifan lokal Kapala Nu Komoa kembali dihidupkan untuk pengelolaan berkelanjutan di wilayah adat Barata Kahedupa – Taman Nasional Wakatobi
Yayasan Konservasi Alam Nusantara didukung oleh konsultan dan pendamping lokal dari Barata Kahedupa menghidupkan kembali hukum adat Kapala Nu Komoa pengelolalaan sumber daya alam berkelanjutan.
Keanekaragaman Burung dan Reptilia Terkini di Suaka Margasatwa Muara Angke
Habitat burung dan reptil di SMMA ini masih beragam, walau tumbuhan invasif eceng gondok berkembang hampir seluruh perairan rawa, sehingga berpotensi terjadi pendangkalan menurunkan luasan habitat.