Bagian 1: Pelatihan Kelompok Perempuan - Perjalanan Menuju Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
By Sally Kailola, Head of Creative Communication | October 17, 2025 | 3-menit membaca
Ogan Komering Ilir (OKI) adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Selatan. Jika anda dari Jakarta dan ingin mengunjungi kabupaten ini, anda dapat menempuhnya melalui perjalanan udara kurang lebih satu jam menuju ibu kota provinsi, Kota Palembang.
Saya berkesempatan melakukan perjalanan ini bersama tiga rekan dari Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) pada akhir bulan September 2025 yang lalu. Ini adalah perjalanan Saya yang pertama ke OKI, tetapi tidak bagi rekan-rekan tersebut. YKAN bekerja sama dengan berbagai mitra termasuk pemerintah daerah untuk melindungi sekitar 40.000 hektare hutan mangrove di OKI, sekaligus meningkatkan kehidupan masyarakat disekitarnya. Perjalanan Saya kali ini dalam rangka mendukung rekan-rekan program yang berencana memberikan pelatihan kepada dua kelompok perempuan. Konservasi mangrove dan bagaimana kelompok dapat menyusun konten edukasi terkait produk ramah lingkungan merupakan dua topik utama dalam pelatihannya.
Baca juga: Bersama Menjaga Hutan untuk Sekarang dan Masa Depan
Kami berangkat dari Palembang menggunakan mobil, menuju Kecamatan Tulung Selapan di Kabupaten OKI. Perjalanan selama kurang lebih empat jam ini cukup menyenangkan, karena lepas dari hiruk pikuk kota besar, dan dapat melihat kehidupan lain dari dekat. Di beberapa lokasi, mobil kami cukup berguncang melewati lubang-lubang di jalanan. Namun, hal ini memberikan kesempatan bagi Saya untuk berbincang-bincang dengan pak sopir yang telah melewati jalan ini hampir sepanjang hidupnya. Menurutnya, ada beberapa jalan menuju Kecamatan Tulung Selapan, tetapi jalan yang kami tempuh saat itu adalah akses yang terdekat dari Palembang.
Kami tiba di Tulung Selapan tepat saat makan siang. Setelah makan dan beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Sungai Lumpur. Dengan menyusuri sungai menggunakan kapal penumpang, perjalanan ini ditempuh sekitar tiga jam menuju tujuan. Sepanjang perjalanan, Saya berkesempatan melihat desa-desa sepanjang sungai dengan rumah-rumah panggung dan bangunan tinggi tempat burung walet bersarang.
Usaha burung walet ini ternyata merupakan salah satu mata pencaharian mereka. Saya juga terkagum saat memandang alam sepanjang pesisir sungai, termasuk hutan mangrove yang berbaris rapih yang merupakan pemandangan langka bagi Saya. Saat matahari hampir tenggelam, kami tiba di pelabuhan Desa Pantai Harapan yang merupakan desa tetangga dari Desa Sungai Lumpur.
Ribka Harefa, MERA Program Officer YKAN, mengatakan bahwa kami yang perempuan akan menginap di rumah Syahidah (Ida), yang merupakan fasilitator lokal YKAN, dan yang baru Saya kenal pada malam sebelumnya. Sementara Muhammad Sadik, Aquaculture Coordinator YKAN, akan menginap di rumah Pak Haji Juma di Desa Sungai Lumpur, bersama dengan dua rekan pria yang sudah berada di sana seminggu sebelumnya.
Tiba di rumah Ida, kami disambut dengan hangat oleh ibunya. Setelah mencicipi makan malam masakan Ibunya Ida yang lezat, kami menyambut tiga rekan pria yang datang untuk mendiskusikan persiapan pelatihan esok hari. Kami membahas agenda besok dimana, Syidik Fahmi, Mangrove Restoration Officer YKAN, dan Sadik akan mengisi sesi pertama terkait konservasi mangrove. Saya dijadwalkan mengisi sesi kedua setelah makan siang. Sesi Saya ini diharapkan dapat membantu kelompok menyusun konten penjangkauan dan edukasi produk mereka, serta mempraktikannya bersama-sama. Kelompok perempuan yang akan dikunjungi besok adalah Kelompok Maju Jaya di Desa Simpang Tiga Jaya.
Sekitar pukul 10 malam, persiapan sudah selesai, malam pun sudah larut. Kami membubarkan diri untuk beristirahat, dan malam itu Saya bermimpi tentang birunya langit.