Kolaborasi Dalam Mendukung Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Teon Nila Serua, Maluku
Provinsi Maluku dikenal dengan sebutan provinsi seribu pulau. Pulau-pulaunya terkenal sebagai sumber rempah-rempah telah menarik perhatian dunia sejak abad ke-7. Wilayah perairannya yang unik, karena menjadi pertemuan Laut Seram (di bagian utara) dan Samudera Hindia serta Laut Arafura (di bagian selatan), menjadikan perairan wilayah ini kaya akan potensi sumber daya laut.
Baca juga: Menjalin Kemitraan Mendukung Pengelolaan Lanskap Kayan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan bahwa potensi sumber daya perikanan provinsi ini dapat mencapai 3,9 juta ton per tahun atau setara Rp.117 triliun. Kabupaten Maluku Tengah dan Maluku Tenggara merupakan dua wilayah yang berkontribusi signifikan terhadap produksi perikanan di perairan Maluku.


Untuk memastikan perlindungan dan keberlanjutan sumber daya laut, pemerintah Provinsi Maluku memperkuat pengelolaan sumber daya laut dan perikanan melalui pengembangan dan pengelolaan efektif Kawasan Konservasi (KK). Provinsi Maluku mengalokasikan 33 KK dengan luas kurang lebih 4,7 hektare tersebar diperairannya, dan terutama di kawasan Kabupaten Maluku Tengah ( 22%) dan Kabupaten Maluku Barat Daya (35%).
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) melalui program Kelautan, mendukung upaya pemerintah daerah dalam pengelolaan KK di Provinsi Maluku. Pada September 2024, YKAN dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku bersepakat untuk melakukan kerja sama melakukan pendampingan pengelolaan KK di perairan Kepulauan Teon Nila Serua, di Kabupaten Maluku Tengah. Perairan Teon Nila Serua yang berlokasi di Bentang Laut Banda merupakan bagian dari Segi Tiga Karang dunia. Perairan ini merupakan kawasan prioritas kedua setelah Bentang Laut Kepala Burung, dan merupakan salah satu wilayah kontributor perikanan Indonesia.

Pada tanggal 15-31 April 2025, YKAN bersama DKP Provinsi Maluku, Universitas Pattimura, masyarakat dan mitra lainnya melakukan ekspedisi ilmiah di perairan ini. Melalui ekspedisi ini, YKAN dan mitra melakukan survey biofisik, keankeragaman hayati, sosial ekonomi budaya, tata kelola dan pemetaan spasial menyeluruh.
YKAN mendukung perencanaan pengelolaan perikanan berbasis msyarakat dengan sistem TURF (Territorial Use Rights for Fishing), yakni pengelolaan yang dilakukan oleh komunitas nelayan lokal atas suatu area perairan tertentu. Dalam proses ini, YKAN melakukan pendekatan citizen science yang menjadi elemen kunci, di mana masyarakat secara aktif terlibat dalam pengumpulan data, pemetaan, serta pemantauan kondisi ekosistem. Diharapkan penelitian ilmiah ini tidak hanya akurat secara teknis, tetapi juga relevan secara sosial dan budaya.

Data dari survey yang dilakukan ini akan digunakan untuk mendukung pengelolaan sumber daya hayati pesisir dan laut berbasis masyarakat dan perikanan skala kecil berkelanjutan.