SMMA
Keterangan Foto Suaka Margasatwa Muara Angke, kawasan konservasi unik yang terletak di antara perumahan elite PIK, ruko, jalan raya, dan permukiman nelayan. © Dzimar Prakoso/YKAN

Perspektif

Catatan Penting Restorasi Ekosistem Mangrove di Suaka Margasatwa Muara Angke

Suaka Margasatwa (SM) Muara Angke, suaka margasatwa terkecil di Indonesia seluas 25,02 hektare. Suaka ini merupakan ekosistem mangrove dengan tutupan hutan mangrove seluas 12,3 hektare. Lokasinya yang berada di ujung salah satu kota terpadat dunia, yaitu Jakarta, menyebabkan suaka ini menghadapi tekanan lingkungan yang besar. Misal, limpahan sampah padat dari Sungai Angke yang berhulu di Jawa Barat melintasi Banten dan Jakarata dan bermuara di Laut Jawa dekat Muara Angke , salinitas air rendah akibat dampak dari pembangunan di sekitar, dan penurunan tanah.

Baca juga: Muara Siran, Rumahnya Gambut Dalam yang Terus Bertumbuh

Padahal, SM Muara Angke adalah kawasan yang memiliki fungsi ekosistem penting bagi keanekaragaman hayati yang tersisa di Jakarta sekaligus sebagai pengendali banjir. Area yang dialihfungsikan sebagai suaka margasatwa pada 1998 ini dimandatkan sebagai habitat burung air dan monyet ekor panjang. Selain itu, suaka ini juga ditunjuk oleh BirdLife International sebagai important bird area bagi burung-burung yang dilindungi.

Tanaman invasif di area mangrove
Sampah diakar mangrove
Keterangan Foto Sampah padat dan tumbuhan invasif yang menutupi permukaan kawasan SM Muara Angke tak memberi kesempatan bagi 8 dari 9 spesies mangrove yang tersisa di suaka ini untuk beregenerasi secara alami. © YKAN

Tekanan-tekanan tersebut di atas berdampak pada menurunnya kemampuan sejumlah spesies mangrove di SM Muara Angke untuk beregenerasi secara alami. Salinitas air yang rendah menyebabkan tumbuhan invasif mendominasi kawasan SM Muara Angke. Ditambah lagi dengan sampah yang terserak menutup permukaan semakin tak memberi kesempatan bagi biji/propagul mangrove yang jatuh untuk tumbuh.

Dampak tersebut memiliki efek domino. Dari 14 spesies mangrove yang pernah ada di SM Muara Angke, pada tahun 2018 hanya tersisa 9 spesies saja. Penurunan spesies juga terjadi pada faunanya. Pada kurun 1982 – 1996, terdapat 95 spesies burung di suaka ini, namun dalam periode 2019 – 2023 hanya tercatat 72 spesies saja.

Pada 2018, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) melalui Program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) untuk memulihkan ekosistem SM Muara Angke dalam kurun waktu lima tahun (2018 – 2023). Kerja sama ini didukung oleh pihak-pihak yang peduli pada pelestarian mangrove, yaitu APP Sinarmas, Indofood, Chevron Pacific Indonesia, dan Djarum.

Pendekatan restorasi yang perlu dilakukan di kawasan ini bukan hanya penanaman mangrove. Kawasan ini memerlukan pendekatan restorasi Solusi Berbasis Alam yang tujuannya adalah perbaikan fungsi ekosistem, sehingga hutan mangrove yang tumbuh di dalamnya dapat tumbuh dan beregenerasi secara alami.  Beberapa strategi perbaikan lingkungan yang dilakukan program MERA di antaranya:

  • Perbaikan hidrologi (5.995 m2)

    Membuka akses sirkulasi air laut ke dalam kawasan. Tujuannya untuk meningkatkan salinitas air. Air dengan kadar garam yang tinggi dapat mengontrol tumbuhan invasif sekaligus mendorong mangrove untuk tumbuh maksimal.

  • Pemasangan penghalang sampah (203 m)

    Mencegah sampah padat masuk ke dalam kawasan.

  • Pengendalian spesies tumbuhan invasif (1,37 ha)

    Membersihkan permukaan yang tertutup tumbuhan invasif sehingga memberi kesempatan bagi biji/propagul mangrove untuk tumbuh.

  • Pembangunan kanal air (82,54 m)

    Mengendalikan banjir atau genangan air di dalam kawasan.

Berbagai strategi tersebut telah menghasilkan perbaikan lingkungan yang cukup signifikan. Empat indikasi yang dicatat BKSDA Jakarta sebagai keberhasilan jangka pendek dari kegiatan restorasi ini adalah:

1. Regenerasi alami spesies Sonneratia caseolaris (Pidada)

Juli 2021 Juli 2022
0/ha 78 - 149/ha

*Berdasarkan catatan BKSDA Jakarta, sebelum Program MERA dimulai, dalam 1 dekade terakhir tidak ditemukan regenerasi alami dari spesies ini. Selain itu, spesies ini adalah salah satu spesies mangrove yang paling sulit disemaikan.

*Selain S. caseolaris, spesies lain yang mulai beregenerasi secara alami lagi adalah Excoecaria agallocha (belum ada data tingkat semai karena terjadi di luar plot monitoring). (Pidada)

Tanaman invasif di area mangrove
Sampah diakar mangrove
Keterangan Foto Regenerasi alami yang berhasil tumbuh hingga 1 meter lebih. © A Yoseph Wihartono/YKAN

2. Peningkatan salinitas air

2001 2015 Agustus 2023 November 2023
1,67 ppt 0,38 ppt 12 ppt 15 ppt

*Berdasarkan catatan BKSDA Jakarta dalam 2 dekade terakhir, salinitas di November 2023 menjadi yang paling tinggi.

alat pengukur salinitas air
Keterangan Foto Alat pengukur salinitas air. © A. Yoseph Wihartono/YKAN

3. Volume sampah padat menurun 85,5%

Sebelum Restorasi Sesudah Restorasi
75,8 item/m2 11 item/m2

4. Peningkatan spesies burung dan herpetofauna*

Jumah Spesies Burung di SM Muara Angke
Sebelum Restorasi Selama Restorasi Sesudah Restorasi
53 57 60

 

Jumah Spesies Herpetofauna di SM Muara Angke
Sebelum Restorasi Sesudah Restorasi
10 16

*Masih membutuhkan kajian jangka panjang

Jalak Putih
Jalak putih
Keterangan Foto Jalak putih, A. melanopterus, adalah burung endemik Indonesia yang statusnya endangered (oleh IUCN). Dalam 10 tahun terakhir, IUCN Red List (2021) mencatat bahwa populasi burung ini berkurang 80%. Saat ini, SM Muara Angke masih menjadi habitat beberapa ekor jalak putih yang tersisa. © A Yoseph Wihartono/YKAN